24 Feb 2009

Raja Jalanan

Pagi-pagi "mruput" selalu harus menyeberang jalan dua kali untuk ke
kantor, sekedar memperpendek rute hubbie kembali ke kantornya… Tadi juga
seperti biasanya, hanya saat menyeberang di jalur pertama, saya
sayup-sayup mendengar bunyi " nguing-nguing" dari kejauhan mendekat. Saya
kira suara ambulans, makanya saya segera berlari ke pinggir, takut semua
kendaraan juga buru-buru. Ee.. setelah saya toleh ternyata serombongan
polisi militer dengan MoGe-nya diikuti mobil warna hijau tua ( tahu khan
ijo tua identic dengan apa?) kemudian menyusul di belakangnya, beberapa
mobil plat merah, yang kata jawanya " yo iku lakon-e"…

Mungkin tidak ada koordinasi dengan polisi yang sedang "tenguk-tenguk" di
perempatan jalan yang mulai memadat, akhirnya, abrakadabraa!! Perempatan
jalan itu ramai dengan bunyi klakson. Traffic light tidak berlaku, semua
memaksa mau maju. Termasuk iring-iringan yang seharusnya berhenti, tapi
karena mulai dari sononya, " titah paduko" harus didahulukan. Malah
polisi militernya sempat " ngoprak-ngoprak" kendaraan yang terlanjur di
lajur kanan-nya dan mau lurus. Kasihan mobil-mobil itu, jadi bingung, maju
di bentak, ikut belok kanan ngapain juga, diem pun malah dipelototin.
Hihihi… waktu itu saya Cuma bisa tersenyum kecut dan bicara dalam hati (
seperti istilah orang-orang juga),"sing duwe dalan liwat.. ". Gimana para
pejabat dan para wakil rakyat mengerti dan ikut merasakan masalah yang
ada, lha wong macet aja gak mau, kelamaan di jalan raya gak mau, padahal
itu makanan rakyat sehari-hari.

Semoga saja ada alasan yang bertanggung jawab atas "kebiasaan" menguasai
jalanan " kalau ada orang sok penting itu lewat, bukan sekedar jawaban
tidak berdasar seperti memang harus begitu atau mereka kan orang penting,
bla.. bla.. bla.. Karena akan menarik orang lain jadi sok penting. Polisi
habis jalan-jalan pakai mobil patroli aja pakai "nguing- nguing" membelah
macet. Kalau untuk alasan keamanan presiden lewat sih "who knows", tapi
kalau cuma bupati, anggota DPR, atau petinggi TNI, ngapain juga? Apa ada
yang nafsu membunuh mereka? Hehehe, atau orang sok penting itu sudah
ketularan virus, virus Ge-eR…


Melihat polah polisi militer atau polisi patroli yang "petantang
petenteng" di jalanan begitu saya jadi inget lagunya Dewiq feat Indra
Bekti


"…
eh..eh..eh..
kok gitu sih
lho kok marah
jangan gitu sayang,
jangan gitu sayang
…"


Gunakan "sempritan" dan pentungan-mu dengan baik dan benar seperti kau
menyuruh kami menggunakan 'savety belt" dengan baik dan benar… piss!!!

kamus:
mruput = pagi sekali
yo iku lakone = ya itu aktor utamanya
tenguk-tenguk = nongkrong, tolah toleh
sing duwe dalan liwat = yang punya jalan lewat
petantang-petenteng = mentang-mentang
sempritan = peluit
ngoprak-ngoprak = nyuruh-nyuruh

4 comment:

Anonim mengatakan...

He..he...udah lama pingin nulis ttg "ptentang petenteng" ini, sampe ketemu tulisan mbakyu ..and kayaknya udah terwakili semua ndongkol ning ati...suwun ya..!! Suwun juga udah mampir neng blog's ku ! (amq)

btari sekartaji mengatakan...

mangkel rasanya yo mbak... kadang aku ya cuma mbatin di hati wae : ah...wong cilik... ngalah wae. Padahal sejatinya yang duwe dalan yo awak-awak iki toh mbak...

Anonim mengatakan...

ah pengawal bermotor gede dari aparat tuh bisa dibeli ma uang mba.
kalo punya duit minimal 1 juta utk 1 kali jalan, mba bisa pake tuh pengawal untuk ngawal mobil mba ke kantor.

tapi kok ya jadi sok-sokan gitu ya.
semprul banget tuh org

mediautami mengatakan...

memang lho, mereka kan bisa delivery order. dipesan - jalan - di bayar. profesional dari sisi komersil, secara moral, ahh tau ahh, ntar aku di ciduk..

Posting Komentar